RSS

Materi Budaya Alam Minangkabau kelas III SD

Materi Budaya Alam Minangkabau kelas III SD


Sopan Santun Menurut Adat Minangkabau
1.      Sopan Santun Pada Waktu Berbicara Dan Menjawab Pertanyaan
Masyarakat di Minangkabau dalam berbicara mempunyai aturan dan tatakrama yang harus dipatuhi. Menurut Ibrahim (2012: 335) “dalam berbicara jauhkanlah kata-kata kotor, kata-kata yang ,menyakitkan hati orang”. Minangkabau mengenal dengan raso dan pareso maksudnya dalam berbicara jangan sampai membuat orang sakit hati. Selain itu, karena ‘mulutmu adalah harimaumu’. Pantun adat mengatakan :
Anjalai di tangah koto
Tumbuah sarumpun jo lagundi
Kok tak pandai ba kato-kato
Bak alu pancucuak duri
                        ( anjalai di tengah koto
                          Tumbuh serumpun dengan ligundi
                          Jika tidak pandai berkata-kata
                          Seperti alu pencukil duri).
Maksud dari pantun diatas yaitu Seseorang yang tak pandai berbicara secara baik, sama dengan alu pencongkel duri yaitu nantinya hanya akan menyakti hati oran lain.
Petitih lain mengatakan
Kok bakato paliharo muluik, kok bajalan paliharo kaki, bakato guluanglah lidah, bajalan renjeanglah langkah
Maksudnya dalam melakukan sesuatu haruslah berfikir terlebih dahulu termasuk dalam berbicara.
Adat  minagkabau selain mengatur masyarakatnya dalam berbicara juga mengatur dalam hal menjawab pertanyaan,bila orang bertanya jawablah dengan sopan dan hormat, jangan bersikap tak acuh terhadap orang lain. Kala tidak dapat menjawab pertanyaan atau memberikan informasi jawablah dengan baik dan sopan.
2.      Sopan Santun Pada Waktu Duduk
Jika duduk di hamparan, duduklah bersila baik-baik dan jangan tegakkan lutut. Juga bila duduk di kursi tidak baik melipat kaki di atas lutut. Kepada perempuan yang duduk di hamparan sekali-kali jangan tegakkan lutut, baik di hadapan ibu-bapak, adik dengan kakak, dihadapan mamak dengan nenek, apalagi di hadapan laki-laki lain. Tujuannya selain tidak sopan juga untuk menghindari aurat jangan kelihatan.
Budaya minangkabau mengenal duduk baselo dan duduk basimpuah. Dudukbaselo ini dilakukan oleh kaum laki-laki sedangkan duduk basimpuah dilakukan oleh kaum perempuan.
a.       Cara duduk di hamparan
Dengan berjalannya waktu banyak hal yang berubah di miangkabau seperti cara makan, duduk dan lain-lain.
Saat ini hampir disetiap rumah ada kursi,permadani, tikar, dan alat tempat duduk lainnya. Pada acara-acara tertentu orang minang masih sering menggunakan hamparan atau tikar untuk tempat duduk, misalnya di acaramalewakan gala, baralek, mufakat kaum, kematian.dan sebagainya. Cara duduk seseorang memperlihatkan budi orang itu, seperti pantun ini
Dek ribuik rabahlah padi
Di cupak datuak katumangguangan
Kok hiduik indak babudi
Duduak tagak kamari cangguang
b.      Cara duduk laki-laki
Duduk di tikar bagi laki-laki di minangkabau adalah duduk baselo (bersila). Duduk seperti inilah yang disebut duduk beradat.
     Cara duduk baselo yaitu kedua kaki dilipat teratur, lutut tidak boleh ditegakkan, punggung tidak boleh membungkuk karena akan merusak tulang punggung. Jadi, waktu duduk baselo kaki dilipat dan punggung lurus sehingga duduk bisa bertahan dalam waktu lama. Kalau sudah begitu pertanda duduk laki-laki sudah memenuhi adat yang berlaku.
Duduk baselo

c.       Cara duduk perempuan
Perempuan di minangkabau juga mempunya cara duduk yang disebut dudukbasimpuah (bersimpuh). Caranya adalah lipat kaki kanan dan kaki kiri di bagian samping tubuh. Posisinya, ujung kaki kiri diletakkan ke samping pinggul, kaki kanan disusun sejajar dengan kaki kiri. Bisa juga dilakukan sebaliknya. Tutuplah baik-baik bagian anggota tubuh yang mungkin akan menimbulkan rasa malu.
Duduak basimpuah
sumbang duduak menurut adat minangkabau bila seorang wanita :
a)      Duduk di tepi jalan tanpa ada yang menemani dan tidak ada keperluan
b)      Duduk dimana laki-laki banyak duduk dan bermain-main
c)      Duduk di atas pintu atau kepala tangga sedangkan orang banyak hilir mudik di tempat itu
d)     Duduk berdekat-dekatan dengan famiili yang laki-laki seperti adik, kakak, mamak, ipar, bisan, apalagi dengan laki-laki lain
e)      Duduk menyerupai duduk laki-laki seperti baselo  
3.      Sopan Santun pada Waktu Makan
Adat mengatakan:
Makan sasuok duo suok,
cukuik katigo paruik kanyang,
jan makan sakulek ilang,
jan minum saraguak abih”.
Artinya  makan dan minumlah dengan tertib, berlakulah sopan dan santun, hingga tidak menyerupai hewan makan. Selain itu perlu diperhatikan apabila kita makan bersama dengan orang yang lebih tua, dahulukanlah beliau makan, begitu juga menyudahinya. Tujuannya ialah untuk menghargai yang lebih tua. Janganlah makan dengan suap yang besar dan sekali kunyah masuk perut. Kalau minum teguklah perlahan-lahan dan jangan sampai kedengaran seperti hewan minum.
Makan secara adat dimulai dan diselesaikan dengan diadakan kata persembahan, dan ini menunjukkan musyawarah dalam mencapai kata mufakat. Demikian juga makan makanan lain seperti pisang dan sebagainya. Menurut kebiasaan yang berlaku orang minangkabau bila makan pisang. Kulit pisang dikelupaskan menjadi empat. Tidak baik mengelupaskan kulit pisang menjadi tiga bagian atau kurang. Kalau hal ini terjadi dikatakan seperti beruk mengelupaskan pisang.
Barangkali orang minangkabau menganggap bilangan empat ada kaitannya denganadat nan ampek, kato nan ampek, suku nan ampek, nagari nan ampek, dan lain-lain.Dengan mengingat yang empat akan teringat yang lainnya bahkan seorang yang kurang ilmu dikatakan juga: indak tau nan ampek.
Masyarakat minangkabau dalam makan bersama ada beberapa pantangan yaitu :
a.       Tidak boleh berbunyi
b.      Tidak boleh sambil berbicara
c.       Tidak boleh menjangkau makanan yang jauh
d.      Tidak boleh mengambil nasi dengan tangan kanan
e.       Tidak boleh meninggalkan tempat makan lebih dahulu kecuali orang tua telah mengizinkan
f.       Tidak boleh lebih dahulu selesai makan bila masih ada yang makan
4.      Sopan Santun Berpakaian
Masyarakat minangkabau identik dengan baju kurung, yang mana baju kurung itu menutup aurat perempuan minangkabau. Menurut adat dan syarak hindarilah membuka sebagian dari aurat seperti membuka kuduk, sebagian dari dada oleh seorang wanita. Hindarilah berpakaian yang tidak menurut adat yang tidak pada tempatnya seperti laki-laki bersubang, berkalung, dan memakai gelang.
Menurut budaya minangkabau pakaian yang digunakan oleh kaum wanita pada umumnya tertutup, yaitu memakai baju kurung dipadu dengan kain sarung atau rok panjang serta dilengkapi dengan kerudung. Sedangkan untuk kaum laki-laki memakai baju model koko sekarang dengan paduan kain sarung dilengkapi dengan kopiah atau peci (teluk belangu) .
Kerudung yang digunakan sebagai pelengkap baju kurung bagi kaum wanita berfungsi sebagai penutup kepala (menutup aurat bagi mereka yang taat menjalankan ajaran agama islam) atau hanya dipakai diselempangkan di atas bahu menjurai ke bawah. Baju kurung secara umum ada dua model, yaitu yang di belah di depan dari atas sampai ke bawah, mirip dengan model kebaya panjang. Bedanya tidak memakai lipatan jahitan di pinggang atau lurus saja.
Baju kurung digunakan dalam segala kesempatan berdasarkan waktu dan tempat dapat dibagi menjadi 5 jenis berikut
a.       Menghadiri perhelatan atau baralek
b.      Melayat kematian atau peristiwa duka lainnya,
c.       Pakaian sehari-hari di dalam dan di luar rumah,
d.      Pakaian untuk pergi ke sawah/ ladang
e.       Pakaian pengantin
Baju kurung sebagai pakaian untuk menghadiri perhelatan atau baralek  biasanya memiliki warna yang cerah, untuk menggambarka suasana bahagia. Kain sarung atau rok panjang yang dipakai juga berwarna cerah atau sama dengan warna baju kurungnya. Kerudung/ selendang disesuaikan dengan baju dan kain. Pakaian pada saat baralek ada yang memakai sunting, tetapi sunting kecil saja, terutama untuk mengiringkan anak daro.
a.       Cara berpakaian yang baik bagi laki-laki
Di minangkabau berpakaian sangat banyak makna dan kegunaannya, tidak hanya melindungi tubuh dari cuaca atau sekedar menutup aurat tapi pakaian juga bisa melambangkan kedudukan sosial seseorang dan juga mencerminkan sikap sopan santun si pemakainya. Cara berpakaian laki-laki di minangkabau dapat dibedakan sesuai peruntukannya antara lain
1)      Pakaian untuk penghulu dan pemangku adat
2)      Pakaian pesta
3)      Pakaian anak muda
4)      Pakaian anak-anak
Pakaian penghulu dan pemangku adat biasanya dipakai pada acara-acara adat dan acara-acara kebesaran lainnya. Pakaian adat untuk laki-laki biasa perlengkapannya tidak sebanyak pakaian penghulu.
                        Pakaian penghulu
Pakaian pesta biasanya digunakan untuk acara-acara pesta dan kegiatan lain sehingga kita dapat membedakan antara pakaian harian di rumah dengan pakaian pesta.
Pakaian sehari-hari anak muda minangkabau terdiri dari baju gunting cina, celana panjang dari kain batik dan di bahunya tersandang kain sarung bermotif halus biasanya disebut sarung bugih. Kepala ditutup dengan pecis yang terbuat dari beludru yang disebut \kopiah.
b.      Cara berpakaian yang baik bagi perempuan
Perempuan di minangkabau disebut bundo kanduang. Jadi yang dimaksud perempuan menurut minangkabau adalah seorang wanita baik gadis atau telah menjadi ibu yang senantiasa mempunyai sifat terpuji menurut adat.
Oleh karena itu dalam berpakaian perempuan minangkabau hendaklah memperhatikan cara-cara berpakaian jangan sampai terjadi sumbang berpakaian.
Sumbang berpakaian bagi seorang perempuan adalah
1)      Berpakaian seperti laki-laki kecuali ada suatu hal yang sangat penting perlu berpakaian demikian
2)      Memperlihatkan aurat
3)      Berpakaian ketat dan lain-lain
Baju kuruang
Pakaian adat untuk wanita disebut juga pakaian bundo kanduang. Perlengkapannya adalah tangkuluak tanduak penutup kepala. Tangkuluak terbuat dari kain balapak hasil tenunan. Bentuk tangkuluak mirip dengan gonjong rumah gadang. Baju kuruang terbuat dari beludru. Kain saruang songket pada bagian bawahnya. Selempang yang dipasang dari bahu ke pinggang yang melintang pada badan, gelang, dan kalung. Pakaian sehai-hari wanita minangkabau adalah baju kurung , memakai tutup kepala (takngkuluak biaso) memakai kain dari kain panjang. Pakaian wanita selalu menutup aurat, tidak mencolok dan selalu kelihatan sopan. 
5.      Sopan Santun Bepergian
Adat minang kabau sangat membatasi pergaulan perempuan dan laki-laki. Dilarang oleh adat bergaul bebas antara laki-laki dengan perempuan atau bepergia dengan yang bukan famili atau bukan suami. Pepatah adat mengatakan :
Abih sandiang dek bageso
Abih miang dek bagisia
Abih gali dek galitik
                        ( habis sanding karena bergeser
                           Habis miang karena bergisir
                           Habis geli karena gelitik )
Maksudnya, akan habis malu dan sopan jika sesuatu yang tidak baik terbiasa dilakukan. Akan lebih terlarang menurut adat dan berdosa menurut syarak apabila ada kumpul kerbau atau hidup bersama tanpa ada perkawinan yang sah.
Dalam perjalanan atau bepergian dengan teman tidak sejenis ada sopan santunnya seperti
a.       Bepergian lebih dari dua orang, kalau perlu mengikutkan orang yang lebih dewasa
b.      Bepergian hendaklah diketahui oleh orang tua
c.       Tidak boleh bepergian terlalu jauh dari rumah
d.      Laki-laki hendaklah menjaga teman wanitanya selama dalam perjalanan
e.       Jangan sekali-kali meninggalkan teman perempuan sendirian
f.       Perempuan juga harus menghargai teman laki-lakinya
Dalam bergaul kita harus mempertahankan rasa malu, sebab dalam ajaran nabi, malu itu sebagian dari iman. Pepatah minangkabau mengatakan :
Alah kaliki dek binalu
Tumbuah sarumpun di tapi tabek
Kok abih raso jo malu
Bak kayu lungga pangabek
Jadi bila rasa malu telah hilang dalam diri kita maka kita tidak akan dihargai lagi oleh orang.
6.      Sopan Santun Bertamu
Adat minangkabau menggunakan sopan santun dalam pergaulan. Budi pekerti yang tinggi menjadi salah satu ukuran martabat seseorang. Etika menjadi salah satu sifat yang harus dimiliki setiap individu minang.
Adat minang menyebutkan sebagai berikut
Nan kuriak iyolah kundi
Nan merah iyolah sago
Nan baiak iyolah budi
Nan indah iyolah baso
            Kuek rumah dek basandi
            Rusak sandi rumahbinaso
            Kuek bangso karano budi
            Rusak budi bangso binaso
Adat minang sejak berabad-abad yang lalu telah memastikan bila akhlak suatu bangsa telah rusak  maka dapat dipastikan suatu waktu kelak bangsa itu akan binasa, akan hancur lebur ditelan sejarah.
Adat minang mengatur dengan jelas tata kesopanan dalam pergaulan. Kita tinggal mengamalkannya. Pepatah menyebutkan
Nan tuo dihormati
Nan ketek disayangi
Samo gadang bao bakawan
Ibu jo bapak diutamakan
Budi pekerti adalah salah satu sifat yang dinilai tinggi oleh adat minang. Begitu pula rasa malu dan sopan santun bertamu atau berkunjung dan menerima ramu atau menerima kunjungan.
a.       Cara bertamu yang baik
Pada surat An-nur ayat 27 yang artinya
“hai orang-orang yang beriman,janganlah kamu masuk ke rumah seseorang sebelum kamu minta izin dan mengucapkan salam kepada yang punya rumah”
      Bila bertamu ke rumah seseorang carilah waktu yang tepat misalnya
1)      Bertamu atau berkunjunglah di saat orang ada di rumah
2)      Lebih baik diberitahu dulu kedatangan kita
3)      Bertamulah di saat tuan rumah sedang tidak sibuk dan tidak sedang istirahat
Kesimpulannya jangan sampai dengan kedatangan kita tuan rumah merasa terganggu.
b.      Sopan santun bertamu
Di minangkabau, tamu adalah raja, namun kita sebagai tamu tidak boleh bersikap seenaknya saja. Kita harus mengikuti tata cara bertamu yaitu :
1)      Waktu kita tiba di rumah orang yang kita kunjungi ketuklah pintu sambil mengucapkan assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh
2)      Masuklah ke dalam rumah setelah dipersilahkan masuk oleh tuan rumah
3)      Duduklah setelah dipersilahkan duduk oleh tuan rumah
4)      Ambil tempat duduk dengan posisi membelakang ke pintu masuk
5)      Sampaikan maksud bertamu setelah suasana mengizinkan
c.       Sopan santun saat pulang bertamu
Bila maksud kita bertamu sudah selesai, kita segera pamit pada tuan rumah. Tidak baik bertamu lama-lama karena akan menggangu pekerjaan tuan rumah. Waktu akan keluar rumah ucapkan salam pada tuan rumah sambil bersalaman.
Sifat-sifat terpuji menurut adat minangkabau
1.      Saling mencintai dan saling hormat menghormati sesama manusia
Dalam lingkungan pergaulan masyarakat minang, berlaku ketentuan yang berlandaskan pada rasa kebersamaan, dan memelihara sikap menjaga perasaan orang lain agar tidak tersinggung, yang disebut dengan sikap saling menghargai. Jadi, sikap salin menghargai sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebab setiap orang ingin dihargai dan dicintai. Itulah sebabnya, orang Minangkabau terlihat seperti satu keluarga.
Sebagai orang Minang kabau, kita tentu bangga dengan semua itu. Marilah kita pupuk rasa kekeluargaan itu, baik antara sesama teman, dengan guru, ataupun dengan orang lain. Dan menghargai seseorang dapat dilakukan berupa pemberian hadiah, pujian, ucapa selamat, dan sebagainya.
a.              Menerima informasi tentang perlunya mempunyai sifat-sifat saling mencintai dan hormat menghormati sesama teman, guru dan orang lain.
1.      Perlunya saling mencintai dan menghormati sesama teman
Seorang anak laki-laki bernama Yosa. Ia murid kelas tiga dan mempunyai banyak teman. Setiap akhir tahun Yosa mendapat rapor kenaikan kelas. Naik kelas merupakan hasil karyanya selama satu tahun. Yosa mendapat hadiah yang sangat besar dari teman-temannya, yaitu mereka memberikan ucapan selamat kepada Yosa atas prestasi yang didapatnya. Sehingga Yosa bertekad dalam hati untuk belajar lebih giat lagi.
Cerita diatas menjelaskan betapa besar manfaat adanya sikap saling mencintai dan saling menghormati yang dilakukan berupa ucapa selamat.
Contoh sikap menghargai tema :
Saleh beragama islam, berteman dengan Tanto yag beragama kristen. Pagi-pagi sebelum masuk kelas mereka berjanji akan main layang-layang sepulang sekolah. Tiba-tiba Saleh membatalkan rencana tersebut, “Tanto, saya minta maaf karna tidak dapat bermain layang-layang setelah bersekolah. Hari ini saya aka shalat jumat bersama ayah dan kakak. Bagaimana kalau nanti jam empat sore saja. Udaranya tidak terlalu panas,” kata Saleh pada Tanto.
Tanto menjawab, “Ya, tidak apa-apa. Pulanglah segera untuk mempersiapkan diri agar tidak terlambat shalat jumat nya.”
Jadi, mereka berdua saling menghormati, sehingga terciptalah pergaulan yang harmonis.

2.      Mencintai dan menghormati guru dan orang lain
Guru ibarat orang tua disaat kamu disekolah. Hormati dan cintailah dia. Dengarkanlah da ikutilah pelajaran yang dijelaskannya, agar mudah dipahami. Selesaikanlah tugas-tugas yang diberikanya. Patuhilah segala nasehatnya.
Bila kelas kotor bersihkanlah sebelum guru memasuki kelas, dan ucapkan salam saat guru memasuki ruang kelas, atau saat bertem dijalan. Seorang anak yang hormat dan baik pasti disayangi oleh guru. Jadi, jadilah anak yang baik, yang memiliki sifat saling cinta dan menghormati, sehingga kita akan disayangi oleh semua orang.

b.             Menyimpulkan perlunya sifat saling mencintai dan menghormati sesama manusia
Semua manusia sama di sisi Tuhan. Hanya saja yang membedakannya adalah amal ibadahnya. Menghormati orang lain adalah ibadah. Jadi, berusahalah membina hubungan yang baik dengan orang lain, tanpa membeda-bedakan. Di Minagkabau, ada beberapa bentuk cara menghormati orang lain, seperti :
a.       Saling bertegur sapa
b.      Meneghadiri undangan
c.       Bila ada tamu disuguhi minuman, dan lain-lain.

Adat Minagkabau mengajurkan kita saling mencintai. Orang yang saling mencintai akan hidup dengan tenteram, yang diungkapkan seperti dibawah ini
Sasakik sasanang
Sahino samalu
Ka bukik samo mandaki
Ka lurah samo manurun
Tatalungkuik samo makan tanah
Tatilantang samo makan ambun
Ado samo dimakan
Indak ado samo dicari

Demikianlah adat Minangkabau mengajarkan kita tentang sikap saling mencintai dan menghormati.
2.      Suka menolong
a.       Perlunya sifat tolong menolong sesama teman
Masyarakat Minangkabau sangat menyadari bahwa kita tidak bisa hidup tanpa pertolongan dari orang lain. Jadi, kita hidup harus suka berbuat baik, bergotong royong, tolong menolong, menesehati sesama, da menjunjung tinggi rasa kebersamaan. Adat mengatakan: barek samo dipikua, ringan samo dijinjiang, ka bukik samo mandaki, ka lurah samo manurun.
Orang yang suka menolong, akan memiliki banyak teman, apalagi kita memberika pertolongan itu dengan rasa ikhlas tapa mengharapkan imbalan dari orang yang kita tolong, seperti yang dinyatakan ole Rasulullah yang berbunyi: Sesungguhnya tangan yang di atas lebih mulia dari tangan yang dibawah. Artinya, sesungguhnya orang yang memberi pertolongan kepada orang yang membutuhkan jauh lebih mulia daripada orang yang meminta pertolongan. Adat Minangkabau juga mengataka :
Hiduik dikandung adaik
Adaik hiduik tolong manolong
Adaik mati janguak manjanguak
Adaik lai bari mambari
Adaik indak basalang tenggang
Adaik hiduik tolong menolong maksudnya setiap orang orang yang hidup harus tolong menolong. Kita menolong orang yang sedang membutuhkan. Kita membantu teman yang sedang kesulitan, kita memberi orang yang tidak punya, dan kita mengulurkan tangan kepada mereka yang berharap.
Kita menolong tidak pandang suku, tidak memandang bangsa. Pokoknya, setiap orang yang memerlukan pertolongan, kita tolong sebisa kita. Tandanya kita orang yang beragama dan beradat.
b.      Menolong teman yang sedang kesusahan
Menolong yang sedang kesusahan sangat dianjurkan didalam Minangkabau. Setelah kita mengetahui bahwasanya sangat penting memilki sifat tolong menolong, dan tentunya kita ingin memberikan pertolongan kepada teman yang sedang kesusahan. Contohnya :
Suatu pagi Yosa tiba di sekolah,  dilihatnya temannya Wiki yang piket kelas hari itu sangat gelisah karena belum selesai membersihkan kelas, sementara lima menit lagi lonceng akan berbunyi.
Yosa heran da bertanya-tanya dalam hati, sebab selama ini Wiki termasuk anak yang patuh dan rajin, lalu Yosa bertanya, “ Ki, kenapa kamu terlambat piket sekarang ?” Wiki menjawab, “Saya terlambat berangkat dari rumah, karena ibu saya sakit.” “O, begitu!” Lalu Yosa segera menolong temannya itu membersihkan kelas walaupun Yosa tidak piket.
Dan sebelum lonceng masuk berbunyi, pekerjaan itu sudah selesai sehingga Wiki dan Yosa dapat mengikuti kegiatan senam pagi
Dalam belajar, Bu guru menyuruh anak-anak mengeluarkan pensil untuk menggambar. Wiki melihat Yosa kasak-kusuk mengutak atik tasnya.
Lalu Wiki bertanya, “Apa yang kamu cari Yosa?” “Pensilku tidak ketemu, Ki,” jawab Yosa. “O, itu! Kenapa kamu susah, pakai saja pensilku, karena aku punya dua pensil,” sambil memberikan sebuah pensil kepada Yosa.
Dari cerita diatas, kita dapat melihat dua orang teman yang saling tolong-menolong. Jadi, berilah pertolongan itu sesuai dengan kemampuanmu. Jangan memberi pertolongan pada perbuatan kejahatan.

c.       Perlunya mempunyai sifat tolong menolong  sesama manusia dalam kehidupan sehari-hari
Agama menjadi tuntunan hidup kita sehari-hari. Orang Minangkabau beradat dan beragama islam. Orang yag tidak beragama hidupnya tidak ada pegangan. Dan tentunya orang yang seperti itu tidak memiliki atau tidak memakai raso jo pareso
Orang yang beragama mempunyai sifat tolong-menolong yang merupakan ciri khas orang Minangkabau, yang didalam basaha Minang disebut capek kaki ringan tangan, artinya orang yang suka menolong. Dan pertolongan yang diberikan dan diharapkan adalah pertolongan diberbagai pekerjaan ataupun pertolongan disaat kesusahan. Dan dalam memberikan pertolongan yaitu kepada orang yang membutuhkan, dan juga sesuai dengan kemampuan yang kita miliki.
3.      Rendah hati
a.       Contoh-contoh sifat rendah hati
Banyak contoh-contoh sifat rendah hati yang bisa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Yang mana diungkapkan dalam kato pusako berikut ini:
Kok mandi di ilie-ilie
Kok bakato dibawah-bawah
Sifat sombong usah dipakai
Budi baik nan kapaguno
Mandi di ilie-ilie dan bakato dibawah-bawah menandakan orang harus rendah hati, menunjukkan bahwa ia tidak sombong dan tidak angkuh
Ada beberapa tanda seseorang itu mempunyai sifat rendah hati, antara lain: ia sesalu minta maaf kalau bersalah, dan selalu minta ampun dan bertobat kalau berdosa, yang juga diungkapkan dalam kato pusako dibawah ini:
Salah cotok malantiangkan
Salah ambik mangambalikan
Salah makan mamuntahkan
Salah pado manusia minta maaf
Salah pado Allah minta tobat
Sifat rendah hati juga ditandai oleh:
a.             Tutur katanya lembut dan sopan
b.             Tidak suka berbicara kasar
c.             Suka tersenyum pada semua orang
d.            Bicara tidak tergesa-gesa
e.             Tidak suka berbicara dengan suara keras
f.              Berbicara tenang dan mudah dipahami orang.
Jadi, sifat rendah hati itu harus kita pupuk, supaya orang menyenangi kita. Contoh kisah keluarga yang mempunyai sifat rendah hati :
Keluarga Teladan
Pak Mahmud dan keluarganya tinggal di Sungayang. Istrinya bernama Bu Intan. Ibu Intan adalah guru sekolah dasar. Pak Mahmud mempunyai du orang anak, yang laki-laki bernama Arman dan yang perempuan bernama Anisa. Pak Mahmud orag terpandang di masyarakat. Beliau sekeluarga berbudi baik dan tidak pula sombong.
Disaat pak Mahmud duduk-duduk didepan rumahnya, lewat sepasang suami istri yang selama ini belum pernah dilihatnya.
Lalu pak Mahmud menyapa dengan ramah. Setelah diselidiki tahulah Pak Mahmud bahwa orang itu tetangga barunya, bernama Pak Nurdin, yang baru pindah dari kota lain. Malamnya, keluarga pak Mahmud berkunjung ke rumah tetangga barunya itu untuk memperkenalkan diri.
b.      Sifat-sifat rendah hati dalam pergaulan sesama teman
Orang yang mempunyai sifat rendah hati akan disenangi orang dan banyak teman. Dia aakan mudah bergaul dimana saja. Yang sangat penting orang yang rendah hati pernah memilih teman, baginya manusia ini sama. Apakah dia kaya atau miskin, apakah cantik atau jelek, anak pejabat atau rakyat biasa. Semua itu tetap dijadka teman yang baik bagi orang yang rendah hati.
Agar kamu bisa menjadi orang yang mempunyai sifat rendah hatiada beberapa contoh sikap yang dapat kamu lakukan:
                                            i.             Bila kamu kebetulan anak seorang pejabat, janganlah sombong dan jangan angkuh. Kamu harus menyadari yang menjadi pejabat itu adalah orang tuamu, bukan kamu.
                                          ii.            Bila orang tuamu kurang mampu, jangan kamu merasa rendah diri. Sebab rezki itu Tuhan yang menentukan.
                                        iii.            Begitu juga bila kamu belum berhasil mendapat juara kelas, padahal kamu sudah belajar sungguh-sungguh, jangan merasa rendah diri. Berusahalah terus.
4.      Hemat
Hemat artinya hati-hati dalam menggunakan harta, khususnya dalam mengeluarkan uang. Maksudnya dalam memakai atau mengeluarkan uang harus penuh perhitungan. Jadi, hemat merupakan pola hidup yang mengatur pengeluaran seefisien mungkin guna memenuhi kehidupan sehari-hari. Adat minangkabau menganjurkan kepada masyarakatnya untuk memiliki sifat hemat. Hidup hemat sangat penting dalam kehidupan. Sebagaimana pepatah minang mengatakan :
Baimaik sabalun abih
Ingek sabalun kanai
Ado jan dimakan
Indak ado baru dimakan
Artinya, kita harus berhemat sebelum yang kita miliki habis dan kita juga dianjurkan agar berhati-hati sebelum kena (maksudnya sebelum mendapat kesusahan). Selagi ada jangan dimakan dulu (maksunya di saat kita memiliki sesuatu harus berhemat) dan jika sudah datang musim sakit barulah dimakan (maksudnya jika sudah berada dalam kesusahan maka barulah perlu untuk dipergunakan). Oleh karena itu, kita dianjurkan untuk selalu hidup hemat.
Hemat itu terdiri dari dua macam, yaitu :
a.       Hemat untuk diri sendiri
Hemat untuk diri sendiri dapat kita lakukan dengan cara menghemat waktu. Kita sebaiknya menggunakan waktu yang terluang untuk kegiatan yang bermanfaat, seperti waktu untuk belajar, beolahraga dan beribadah. Karena belajar yang rajin akan membuat kita menjadi pandai, berolahraga yang teratur aka membuat kita menjadi sehat, dan beribadah yang taat akan membuat kita menjadi umat yang saleh. Jadi dengan menghemat waktu, kita bisa terhindar dari perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat.
b.      Hemat untuk harta benda
Hemat untuk harta benda dapat kita lakukan dengan cara menggunakan sesuatu yang kita miliki seperlunya saja dan juga selalu menjaga/merawat harta benda yang dimilki agar dapat dipergunakan di kemudian hari. Seperti :
                                       i.          Menabungkan sisa uang belanja
                                     ii.          Membeli barang yang sesuai dengan kebutuhan saja
                                   iii.          Menggunakan listrik seperlunya
                                   iv.          Jangan mencoret-coret dan merobek buku
                                     v.          Membersihkan barang setelah dipakai
Dengan demikian, kita harus biasakan untuk bersifat hemat. Karena jika kita bisa untuk berhemat, maka mudah-mudahan kita akan terhindar dari kesusahan. Dan perlu diingat bahwa sifat hemat tidak sama dengan sifat imaik (kikir), karena hemat tetap mengeluarkan uang atau menggunkan sesuatu tetapi tidak berlebihan.
Dalam adat minangkabau, lumbung padi merupakan ciri hemat masyarakat minang. Lumbung padi atau rangkiang adalah tempat penyimpanan hasil sawah.  Rangkiang ini terletak di hadapan rumah gadang. Rangkiang menurut adat minangkabau ada tiga macam, yaitu :
1.      Lumbuang sitinjau lauik
Guna padinya untuk menolong orang yang terlantar dalam perjalanan
2.      Lumbuang sibayau-bayau
Guna padinya untuk menolong orang-orang yang kesempitan di dalam kampuang dan nagari.
3.      Lumbuang baperong
Guna padinya untuk makanan sehari-hari oleh anak kemenakan yang menghuni rumah gadang.
Dilihat dari kegunaan lumbuang padi tersebut, dapat diketahui bahwa masyarakat minangkabau mempunyai sifat hemat. Rezeki yang dikaruniakan Tuhan, mereka manfaatkan dengan teratur dan tidak digunakan sesuka hati.
5.      Jujur dan bertanggung jawab
Jujur adalah sifat seseorang yang menyatakan sesuatu dengan sesungguhnya dan apa adanya, tidak ditambahi ataupun dikurangi. Kujujuran dalam kehidupan sehari-hari sangat dipelukan untuk mendapatkan kepercayaan dari orang lain. Membiasakan berkata dan bekerja jujur sangat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Oleh karena itu kita harus selalu untuk bersifat jujur. Sedangkan orang yang tidak jujur dengan perkataannya disebut pembohong. Orang yang pembohong tidak disenangi bahkan dibenci dalam pergaulan.
Bak pituah urang tuo-tuo :
Satali pambali kumayan
Sakupang pambali kato
Sakali lancuang ka ujian
Saumua hidup urang indak picayo
Jadi, bila kita tidak jujur satu kali saja maka seumur hidup orang tidak akan percaya lagi terhadap kita.
Orang yang tidak jujur biasanya mempunyai sifat yang sangat tercela, di mulut manis tapi di hati jahat dan suka menipu. Seperti adat yang mengatakan :papek di lua ruciang di dalam, talunjuak luruih kalingkiang bakaik atau umpama buah kadondong di lua licin di dalam baduri.
Selain sifat jujur, sifat tanggung jawab perlu juga kita milki. Tanggung jawab adalah kesediaan seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban dengan sadar dan bersungguh-sungguh. Melaksanakan tanggung jawab seharusnya dengan kesadaran sendiri dan ikhlas, bukan karena terpaksa dan rasa takut.
Orang yang tidak bertanggung jawab atas segala perkataan dan perbuatannya disebut orang pengecut. Adat minang mengatakan : Raso kabarek dilapekan, raso kasulik dielakkan, bak caro mangganggam baro. Artinya, seseorang yang tidak bertanggung jawab atas tugas dan kewajibannya.
Setiap yang kita kerjakan pasti ada akibatnya, baik atau buruknya harus kita pertanggungjawabkan. Pituah orang tuo-tuo mangatokan : tangan mancancang, bahua mamikua, barani mautang, barani mambaia, tibo di mato indak dipiciangkan, tibo diparuik indak dikampiahkan. Jadi, orang yang jujur adalah orang yang suka bertanggung jawab.
Adat minangkabau selalu mewajibkan setiap orang untuk bersifat jujur dan bertanggung jawab.

6.      Tenggang rasa
Tenggang rasa merupakan sifat menghargai dan menghormati orang lain. Manusia diberi Tuhan pikiran dan perasaan. Pikiran dan perasaan dapat dipergunakan untuk menentukan buruk dan baik. Ukuran untuk menentukan buruk dan baik disebut raso jo pareso. Raso artinya perasaan sedangkan pareso adalah hasil pikiran manusia. Jadi, raso jo pareso bermakna kita menggunakan perasaan dengan berhati-hati, kita memeriksa/mencari tahu apakah lawan bicara kita tersinggung atau tidak, pantaskah kata-kata yang kita keluarkan, itu semua diatur oleh prinsip raso jo pareso ini kita terapkan dalam diri.
Pituah urang tuo-tuo mengatakan : nan elok dek awak, katuju dek urang, sakik dek awak, sakik dek urang. Artinya, berbuatlah dalam pergaulan yang baik bagi kita, juga baik bagi orang lain. Karena yang sakit oleh kita, juga sakit oleh orang lain.
Di minangkabau tenggang rasa mempunyai arti yang sangat mendalam. Ini dapat terbukti dari sifat tenggang rasa oleh masyarakatnya, apakah itu tenggang rasa pada perbuatan maupun terhadap perkataan. Seperti tertuang dalam kata-kata adat : anak di pangkua, kamanakan dibimbiang, urang kampuang dipatenggangkan. Artinya, tanggung jawab pada kemenakan dengan mengarahkan pada perbuatan yang baik.
Sebagai orang minangkabau yang baik, sifat tenggang rasa memang perlu dimiliki, agar terjalin hubungan yang harmonis di lingkungan tempat tinggal di mana kita berada baik di rumah, di sekolah, maupun di tengah masyarakat. Adat mengatakan :
Sakik di silau
Mati dijanguak
Rusuak dipujuak
Tagamang dijawek
Artinya, kalau ada orang yang sedang sakit, kita lihat dan menjenguk orang yan meninggal (takziah). Hiburlah orang yang kena musibah. Jadi, kita sebagai masyarakat minangkabau hendaknya saling merasakan. Kalau orang mendapat kemalangan, kita merasakannya. Kalau orang mendapat kegembiraan, kita juga ikut gembira. Dengan demikian sifat tenggang rasa sangat diperlukan, sebagai tanda kita hidup bermasyarakat.

7.      Rasa malu
Rasa malu menurut adat minangkabau, yaitu perasaan takut untuk dilihat atau tidak dilihat oleh seseorang atau orang lain. Rasa malu biasanya timbul jika berbuat salah, jika rasa malu sudah tertanam pada diri seseorang maka orang tersebut akan jarang melakukan kesalahan. Banyak contoh perbuatan yang mendatangkan malu. Misalnya, saat makan mengeluarkan suara capak. Begitu juga kita harus merasa malu jika tidak mengerjakan PR.
Orang yang tidak bermalu, bila tidak dapat membedakan antara budi yang baik dan budi yang buruk. Seperti nasihat adat : paliharo kaki jan sampai salah langkah, paliharo lidah supayo jan sampai salah mangecek, paliharo mato jan sampai salah maliek. Bak kato urang tuo-tuo jan buruak Cando, salah pandang. Untuk itu kita harus berhati-hati dalam berbuat, bertindak dan berkata-kata. Jika tidak, pasti akan mendapat malu. Sebab perbuatan yang tidak sesuai dengan ukua jo jangko akan dapat membuat malu.
Untuk menanamkan rasa malu, adat minangkabau mengajarkan seperti :
a.    Melatih perasaan, mengembangkan perasaan halus dalam diri kita. Mengetahui baik dan buruk.
b.    Melatih pikiran, bisa berpikir jernih dan teliti, dan lain-lain.
Untuk melatih rasa malu gunakan perasaan dan pikira. Mendidik rasa malu harus dimulai dari diri sendiri semenjak masih kecil. Contohnya :
a.       Malu jika meninggalkan sholat.
b.      Malu terhadap keluarga seperti malu tidak mengindahkan nasihat orang tua, malu jika berkelahi dengan adik sendiri.
Jika kita sudah terdidik dengan rasa malu maka kita termasuk orang yang beradat menurut ada minangkabau.

Sifat-sifat yang Harus Dihindari menurut adat Minangkabau
Pengertian sumbang menurut adat Minangkabau adalah sikap dan perilaku yang tidak sesuai etika adat. Sumbang menurut adat Minangkabau belum tentu sumbang menurut adat istiadat di tempat lain.
Sebagai contoh: menurut adat Minangkabau peremupuan tidak boleh duduak baselo(duduk dengan melipatkan kaki bersilang masing-masing telapak kaki atau tumit dihimpit oleh paha yang lain), tapi harus duduk bersimpuh. Di tempat lain ada adat istiadat yang memperbolehkan perempuan duduk bersila. Di Jawa misalnya pada situasi-situasi tertentu, perempuan malah diharuskan duduk bersila.
Pengertian salah menurut adat Minangkabau ialah pelanggaran yang dilakukan secara sadar atau tidak sadar terhadap norma-norma dan peraturan-peraturan yang berlaku. Perbuatan salah misalnya mengambil sesuatu yang bukan hak, melanggar larangan, pengertian sumbang dengan salah dapat dilihat dalam contoh sebagai berikut:
Seseorang dikatakan salah kalau dia duduk diatas meja karena meja bukanlah sarana untuk tempat duduk. Orang itu tidak akan dikatakan salah jika dia duduk di kursi. Orang itu dikatakan berbuat sumbang sekalipun dia duduk di kursi tapi tidak sopan dilihat orang lain. Ketidak sopanan itu mungkin karena duduk dengan kaki diangkat lebih tinggi dari tempat duduk, atau karena ada orang yang lebih tua (senior) di sekitar tempat itu duduk di lantai.
Adapun pengertian sumbang salah ialah perilaku yang menunjukkan pelanggaran terhadap etika adat istiadat. Sumbang menurut pandangan orang lain, salah menurut senior yang bersangkutan. Sebagai contoh ialah seseorang yang duduk di kursi tadi dimana seniornya duduk di lantai. Orang lain akan menilai bahwa perilakunya yang demikian adalah sumbang menurut adat, sedangkan seniornya akan menilai perilakunya itu adalah salah, sebab itu si senior atau salah seorang senior lainnya akan menegurnya.
Adat Minangkabau menetapkan minimal 12 macam pokok-pokok sumbang salah:Sumbang duo baleh, yaitu:
-Sumbang duduak
-Sumbang tagak
- Sumbang diam
- Sumbang bajalan
- Sumbang kato
- Sumbang caliak
- Sumbang bapakaian
- Sumbang bagaua
- Sumbang karajo
- Sumbang tanyo
- Sumbang jawab
- Sumbang kurenah

1.             Sumbang duduak
Sumbang duduakialah sumbang bagi seseorang apabila ia duduk tidak sesuai dengan etika duduk menurut adat. Khusus untuk perempuan, sumbang duduk tersebut dapat dibagi atas tiga kondisi duduk, yaitu cara duduk, tempat yang diduduki, dan situasi dimana duduk. Sumbang duduk bagi perempuan menurut caranya diantaranya ialah:
a.       Duduak baselo (duduk bersila) yaitu duduk dengan melipatkan kaki berslang dimana ujung kaki kiri dihimpit paha kanan dan ujung kaki kanan dihimpit paha kiri.
b.      Duduak Mangangkang (duduk mengangkang) yaitu duduk dengan membuka lebar kedua paha sekalipun telah ditutupi dengan kain atau pakai celana.
c.       Duduak Mancongkong (duduk berjongkong) yaitu duduk dimana hanya telapak kaki saja menginjak atau tercecah ke tempat duduk, kedua pinggulnya tergantung dan menempel di kedua betis.

Sumbang duduk menurut tempat yang diduduki ialah apabila duduk di tempat yang bukan disediakan untuk tempat duduk, seperti:
a.       Di meja, di atas lemari, atau bukan tempat duduk, sedangkan tempat duduk telah disediakan.
b.      Di jendela, di pintu, di atas tangga, atau di tempat yang seakan-akan dianggap menarik perhatian orang.
c.       Di pinggir jalan, di tempat orang lalu-lalang atau di tempat umum tanpa ada orang menemani, atau walaupun banyak orang tetapi mengganggu kepada yang lain.

Sumbang duduk menurut situasi ialah duduk yang tidak diperbolehkan karena situasi dan kondisinya yang dianggap tidak pantas. Contohnya ialah:
a.       Seorang perempuan duduk di dekat lelaki yang banyak yang sedang bercengkrama atau sedang bermain.
b.      Seorang perempuan duduk sangat berdekatan dengan laki-laki yang bukan muhrimnya.
c.       Tanpa diajak ikut pula duduk bersama orang tua-tua, apakah dalam suatu musyawarah atau hanya sekedar berhandai-handai.
d.      Duduk di dekat orang lain yang sedang mengadakan pertemuan atau membicarakan sesuatu.

2.             Sumbang kato
Sumbang kato (sumbang kata, atau sumbang perkataan), disebut juga sumbang bakato (sumbang berkata), atau sumbang bicaro (sumbang berbicara). Sumbang kata ialah sumbang bagi seorang jika berbicara tidak sesuai degan etika adat Minangkabau. Hal-hal yang dikategorikan sebagai sumbang kata itu  diantaranya ialah:
a.       Berbicara terlalu keras sehingga melebihi kebutuhan dengar si pendengarnya, termasuk si pendengar bukan lawan bicara
b.      Berbicara dengan ucapan atau kata-kata yang kotor, cabul atau porno, termasuk ucapan-ucapan carut marut.
c.       Berbicara yang diselingi dengan tertawa terbahak-bahak.
Kebiasaan tertawa terbahak-bahak adalah perilakua yang tidak baik yang menandakan kurangnya iman di dada. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa hal-hal yang lucu atau mengembirakan dapat merangsang orang untuk tertawa. Tetapi bukan harus tertawa seperti itu. Di sinilah perlunya memakai etika dalam pergaulan, membatasi segala sesuatu agar tidak dianggap seenaknya. Agama dan adat menghimbau, jika ada sesuatu yang mengembirakan atau dianggap lucu yang merangsang untuk tertawa, batasilah dan dengan cukupgalak nabi (tertawa ala Nabi) saja, yaitu tertawa tanpa mengeluarkan suara, atau cukup tersenyum saja.
d.      Berbicara yang tidak sesuai dengan peruntukkannya, atau berbicara tidak pada tempatnya, seperti hal-hal yang hanya dibicarakan dikalangan perempuan saja dibicarakan pada lelaki, atau sesuatu yang perlu dibicarakan langsung dengan  seseorang, dibicarakan dengan orang tuanya.
e.       Bagarah (berkata dengan bergurau). Dikatakan orang juga sumbang apabila seorang perempuan bagarah dengan laki-laki lain, atau famili yang lebih tua seperti, ninik mamak, kakak ipar, nenek, kakek dan orang yang setingkat dengan itu.

3.             Sumbang tanyo
Sumbang tanyo artinya ialah cara bertanya yang dianggap tidak sesuai dengan etika, apakah caranya yang tidak benar, atau bertanya dengan pur-pura tidak tahu. Salah satu cara untuk mengatasi ketidaktahuan ialah dengan cara bertanya. Sebab dengan cara bertanya, ketidaktahuan itu bisa teratasi. Dan kalau tidak mau bertanya, bisa pula menyebabkan kesulitan dan kerugian. Mamang adat mengingatkan:
Malu batanyo sasek di jalan
Sagan mandayuang anyuik sarantau.
(Malu bertanya sesat di jalan
Segan mendayung hanyut serantau).
Artinya, jika malu bertanya akan sesat di jalan, bahkan mungkin kembali saja ke pangkalan sebelum sampai ke tujuan.
Namun demikian, jika bertanya tanpa perhitungan dan tanpa etika, bisa pula mendatangakan masalah bagi si penanya atau pihak yang ditanya. Dan bisa pula menyebabkan salah pengertian yang mengundang perselisihan kedua belah pihak. Pertanyaan atau cara yang tidak berkenan di hati orang yang ditanya dan menyebabkan salah pegertian itu, disebut sumbang tanya.
Orang-orang bijak selalu berhati-hati jika akan bertanya kepada seseorang. Malah ada yang berusaha agar apa yang seharusnya ditanyakan, didiamkan dulu atau direnungkan dulu. Mudah-mudahan dengan cara diam dan mengamati data yang ada, hal yang akan ditanyakan pada seseorang itu akan dapat terjawab sendiri.
Sisi lain yang perlu diperhatikan ialah situasi dan kondisi orang tempat bertanya. Apakah orang itu mungkin bisa tempat bertanya atau tidak, karena tidak semua orang bisa dijadikan tempat bertanya. Orang bijak dalam keadaan seperti ini biasanya terlebih dahulu berpegang kepada pepatah:
Diam dapek ameh
Bakato dapek perak
(Kalau diam akan dapat emas
Kalau berkata/bertanya akan dapat perak).
Artinya, timbangan akan bertanya atau tidak adalah pilihan antara emas dan perak.
Jika bertanya, diibaratkan hasilnya akan mendapat perak. Tetapi jika diam saja dan mencari sendiri atau menunggu sendiri jawaban pertanyaan tu, diibaratkan akan mendapatkan emas.
Sumbang tanya bisa dan mudah terjadi. Apalagi di zaman sekarang banyak orang yang sudah mengabaikan dan tidak tahu dengan etika bertanya. Pertanyaan yang sumbang akan amengundang kesalah pengertian. Untuk itu pituah rang tuo-tuomenasehatkan kepada yang muda-muda:
Murah kato takatokan
Sulik kato jo timbangan
Mangango mangko mangecek
Bapikia mangko batanyo
Nanang saribu aka
Dek saba bana nan tibo.
(Mudah kata terkatakan
Sulit kata harus dengan pertimbangan
Menganga sebelum berbicara
Berpikir sebelum bertanya
Diam seribu akal
Karena sabar yang benar akan tiba).
Artinya kata-kata yang mudah didapat memang mudah pula diucapkan; dan kata-kata yang sulit perlu dipertimbangkan dahulu sebelum diucapkan. Memang tidak semua pertanyaan itu dapat diucapkan dengan mudah. Jika terlebih dahulu telah dapat membedakan pertanyaan itu sulit atau mudah, tentu akan dapat mempertimbangkannya dengan baik.

Bahasa Dalam Pergaulan Minangkabau
Berbahasa merupakan bagian dari tatakrama. Oleh karena itu adat minangkabau sangat mengatur masyarakatnya dalam berbahasa. Salah satunya berbicara haruslah diingat artinya dalam berbicara harus hati-hati supaya tidak menyinggung perasaan orang. Dalam berbicara dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari, seorang haruslah menggunakan tatakrama menurut status sosialnya masing-masing. Tata krama yang mengatur berbicara seseorang menurut lawan bicaranya disebut dengan kato nan ampek(kata yang empat). Bahkan jika sesorang yang berbicara tidak sopan dan bertingkah laku yang tidak baiak sering juga di sebut orang yang indak tau dek ampek . sehingga kato nan ampek itu bukanlah hal yang baru lagi didengar oleh masyarakat minangkabau.Yang selanjutnya akan dibahas dibawah ini:
1.      Kato mandaki (kata mendaki)
Yaitu bahasa yang digunakan orang yang status sosialnya lebih rendah dari lawan bicaranya. Umpanya orang yang lebih muda kepada orang yang lebih tua, murid kepada guru, bawahan kepada atasan. Seperti petitih yang mengatkan “bakato dibawah-bawah, manyauak diilie-ilie”. Dalam berbicara kita harus menggunakan pemakaian kata lebih rapi, ungkapanya jelas, dan penggunaan kata pengganti orang pertama, kedua, ketiga bersifat khusus. Contoh untuk kata pengganti orang pertama biasanya menggunakan kata ambo, panggilan untuk orang lebih tua atau panggilan kehormatan untuk orang tua yaitu mamak, inyiak, uda, etek, amai atau uni, atau beliau untuk orang ketiga.
                        Untuk lebih rinci contoh kato mandaki dalam perkataan ialah:
a.    Kepada orang tua laki-laki menyapa dengan panggilan abak, bapak, ayah, buya
b.    Kepada orang tua perempuan menyapa dengan panggilan mande, umi, amak, ibu, mama, amai dan lain-lain.
c.    Kepada kakak perempuan menyapa dengan panggilan uni, kakak, ayang, cani.
d.   Kepada kakak laki-laki menyapa dengan panggilan ajo, kanda, uda, akak.
e.    Kepada orang tua dari ayah dan ibu biasanya dengan panggilan kakek, nenek, inyiak, anduang, angku, uwo
f.     Kepada adik atau kakak perempuan ayah dan ibu biasa dipanggil etek, ande.
g.    Kepada saudara laki-laki ibu biasanya dengan panggilan mak etek, mak uncu, mak adang.
            Contoh kato mandaki dalam perbuatan diantaranya:
a.    Waktu berjalan, kita ingin mendahului oaring yang lebih tua, kita permisi terlebih dahulu.
b.    Dalam melaksankan pekerjaan kita mintak izin terlebih dulu kepada orang lebih tua.
Kesadaran untuk menghormati orang yang lebih tua seperto diungkapkan sebagai berikut:
Turuik pangaja urang tuo
Supayo badan nak salamaik
Talangkah babaliak
Sasek suruik
Baitu paham kito handaknyo
Pangjaran rang tuo jikok di langga
Cilako badan kasudahanyo
     Sikap jalan manadaki harus dibiasakan sejak kecil, sehingga bila besar nanti jadi orang yang pandai bergaul. Tanda seseorang memakai kato mandaki atau hormat ke yang lebih tua akan nampak ketika ia berbicara, bersikap dan bertingkah laku, misalnya waktu menegur, menyampaikan pesan, menerima perintah.
    
2.      Kato manurun (kata menurun)
Adalah bahasa yang digunakan untuk orang yang statusnya lebih tinggi dari lawan bicaranya. Umpanya yang dipakai mamak kepada kemenakanya, guru kepada murid, atasan kepada bawahanya seperti pepatah yang mengatakan:
            Jalan manurun tantak-antak,
            Ingek-ingek nan dibawah ko tasingguang,
Jago kato kato kok mangnai
Maksud pepetah diatas adalah dalam berbicara perlu juga diperhatikan, agar menghindari manghardik atau berkata mementingkang diri sendiri tidak memikirkan atau tidak memperdulikan persaan lawan bicara yang akan tersinggung, sehinggan dalam berbicara jaga perkataan agar tidaka ada yang sakit hati. Seperti  pepatah  mengatakan:”ingek-ingek nan diateh, nan dibawah kok maimpok, tirih kok datang dari lantai, galodo kok tibo di muaro”. Artinya ini merupakan suatu pedoman penting bagi atasan atau yang dituakan untuk tidak terlalu cepat emosi, jangan mencaci maki, jangan mengajari anak buah atau murid yang bersifat pribadi di tempat ramai. Sifat utama seorang tua dalah bepandang lapang, baa lam laweh, bahati lapang paham salasai. Selain itu juga harus diingat.
                        Nak tinggi naikan budi,
                        Nak mulie tapake janji
                        Nak taguah paham dikunci
Pemakain kata untuk kato manurun ini adalah awak den, dan untuk orang pertama awak anga untuk laki-laki dan awak kau untuk perempuan. Contoh kato manurun biasanya nasehat. Seoarang mamak yang sedang menesehati beberapa pemuda dan pemudi agar menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh

3.      Kato malereng (kata melereng)
Adalah bahasa yang digunakan kepada orang yang posisinya sama, yang saling menyegani, seperti orang yang mempunyai hubungan kekerabatan. Misalnya ipar, besan, mertua, dan menantu atau antara orang yang jabatanya dihormati seperti penghulu, ulama atau guru. Pemakain tatabahsanya lebih banyak pribahasa, seperti perumpamaan, kiasan atau sindiran. Dalam pergaulan sehari-hari penggunaan kata kiasan ini memerlukan kearifan menanggapinya. Arif dan bijaksana dalam adat disebut “kato bayang” seperti pepatah dibawah ini:
            Alun bakilek, alah bakalam
            Bulan disangko tigopuluah
            Tikilek ikan dalam aie
            Ikan takilek jalo tibo
            Lah tantu jantan batinonyo
Kato malereng ini berlaku dalam pembicaraan anatara mamak dengan anak kemenakan dan menantu. Contoh jika seorang mamak berkunjung untuk melihat keadaan anak kemanakan serta menantunya. Pada waktu itu mamak melihat ada sesuatu yang tidak beres pada rumah anak kemenakanya tersebut, misalnya atap rumah bocor dan tidak diperbaiki oleh sang menantu, maka beliau akan mengeluarkan pertanyaan dengan kata melereng. “Rambio yang batanam di banda kironya badaun juo”. Apabila menantunya seorang ynag pemalas biasanya dia akan malu. Akan tetapi jika memang menantunya memang tidak mempunyai pilihan lain disebabkan karena kesibukanya atau karena tidak memiliki uang untuk memperbaiki rumah maka dia akan menjawab dengan kata-kata kiasan juga “iyo, lai badaun tapi parangyo patah”. Artinya ada kebutuhan rumah tangga lainya yang lebih penting dan mendesak dari pada memperbaiki atap rumah.
Pemakain kata dalam kato melereng yaitu awak mbo sedangkan untuk orang pertama tergantung gelar yang sudah dimiliki.
4.      Kato mandata (kata mendatar)
Yaitu bahasa ynag digunakan diantara orang yang status sosialnya sama dan hubunganya akrab. Dalam pergaulan yang sama besar perlu diingat untuk salming menghargai, memakai kata merendah, dan jauhi berkata kasar. Karena dalam pergaulan sesame baya dengan teman-teman sering timbul perselisihan karena masing-masing merasa lebih kuat.
Pemakaian bahasanya kata pengganti orang pertama adalah aden atau den, ang untuk orang kedua laki-laki dank kau untuk orang kedua perempuan,inyo atau anyo untuk orang ketiga. Prinsip pergaulan dengan teman sebaya ini, diungkupkan oleh pepatah adat sebagai berikut:
            Muluik manih kucindan merah
            Budi baik basu katuju
            Lamak basantan tanguli
Pandai bagau samo gadang
ingek runcing kok managanai
jago sandiang kok malukoi
            Kato mandata ini sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh menegur teman yang sedang lewat dijalan “oi Man dari ma waang tadi?” “Aden dari Surau,” jawabnya.

dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwasanya budaya minangkabau ini sangat mengikat dan menuntun masyarakatnya untuk menjadikan masyarakat minangkabau yang bermoral dan hal itu dibuktikan dalam berbicarapun masyarakat minangkabau memiliki budaya tersendiri bagaimana berbicara kepada yang lebih tua, kecil, orang yang disegani dan yang sebaya, ini juga menggambarkan masyarakat minangkabau itu memiliki kedudukan yang sama orang yang lebih tua tidak seenaknya berbicara kepada ynag lebih kecil. Jadi jika dipahami lebih lanjut dalam  berbicara diminangkabau ini ada kata yang empat (kato ampek) tujuanya agar berbicara itu melihat terlebih dahulu melihat status lawan bicara.





Daftar Rujukan

Dt. Sanggoeno diradjo, ibrahim. 2012. Tambo alam minangkabau. Bukittinggi :kristal multimedia
Ermaleli. 2013. Budaya alam minangkabau untuk SD/MI kelas 3. Padang : jasa surya
M. nur. 2003. Tata karama suku bangsa minangkabau di kabupaten tanah datar. Padang : balai kajian sejarah dan nilai tradisional padang
Ernatip.2003. Tata Krama Suku Minangkabau di Kabupaten Pesisir Selatan. Padang : balai kajian sejarah dan nilai tradisional padang

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar